Minggu, 16 November 2008

Life is beautiful


Pernahkah engkau bangun di pagi hari, kemudian merasakan indahnya suasana pagi dan mengucap syukur kepada Tuhan untuk satu hari yang begitu indah yg Tuhan ijinkan kau alami lagi dalam hidupmu?

Tanggal 1 November 2008 kemarin aku pindah kost. Kelebihan kamar kost yg baru, yg membuat saya tertarik memilih kost ini dari sekian banyak kost yg lain krn suasananya yg tenang. Dan (ini nich), dari kamar kost saya ada pintu yg menuju balkon sehingga yg menikmati balkon itu satu-satunya ya saya.... karena pintunya ada di kamar saya.
Saya sudah berpikir untuk melakukan saat teduh di balkon tersebut. Balkonnya sendiri agak menjorok ke dalam sehingga dari bawah orang tidak dapat melihat saya kecuali saya berdiri di pinggir balkon. Tetapi karena rumahnya sendiri ada di tusuk sate (sehingga dari balkon saya bisa melihat gang) saya tetap bisa menikmati rupa-rupa orang yang bersileweran di gang tersebut.

Dan pagi hari adalah saat yg paling menyenangkan berada di balkon tersebut. Mendengar kicauan burung, melihat keindahan rupa kupu-kupu yang hinggap dari satu putik bunga ke putik bunga yg lain, mendengar sayup-sayup suara orang berjualan di pagi hari, merasakan semilir angin yg berhembus, dan menikmati sinar matahari pagi yang baru terbit, wow........... sungguh saya bisa mengatakan sesungguhnya hidup ini indah.

Pada saat-saat seperti itu saya sungguh bisa merasakan kebesaran Tuhan dan keagungan karyaNya. Tuhan menciptakan alam ini begitu indah, tetapi manusia yang dipercayai Tuhan untuk mengelola alam ini malah merusaknya.

Dan pagi yang indah akan membuat saya lebih mudah mengucap syukur kepada Tuhan, akan kemurahanNya, akan kebaikan hatiNya, akan hal-hal ajaib yang Tuhan telah berikan kepada saya. Apabila dulu suka bersaat teduh dalam keadaan terkantuk-kantuk krn merasakan nyamannya tempat tidur, dengan menikmati pagi yang indah, rasa kantuk itupun menghilang.

Lord, you are amazing, always.........

Selasa, 04 November 2008

Hati yang lembut

Seberapa sering kita mendengar pernyataan “terimalah aku apa adanya”? Dan pernahkah kita mengatakan kepada pasangan kita : seharusnya kamu menerima aku apa adanya.
Seandainya pernyataan menerima apa adanya dikarenakan pasangan memiliki tuntutan yang tinggi terhadap kita yang tidak relevan dan memang tidak alkitabiah, mungkin sah-sah saja bagi kita menyatakan untuk sebaiknya dia menerima kita apa adanya.

Tetapi apabila pernyataan menerima apa adanya itu menjadi excuse bagi kita agar kita tidak berubah dan semestinya pasangan kita yang berubah, nah….. ini yang harus di telaah lebih dalam lagi.

Semisal : kita memiliki kebiasaan malas bangun pagi hari, dan pasangan kita menginginkan kita untuk lebih rajin bangun di pagi hari. Kemudian kita menyatakan bahwa ketika dia memutuskan kita sebagai pasangannya sudah sepantasnyalah dia menerima kebiasaan kita yang enggan bangun pagi itu.
Well, bukankah itu sudah suatu pertanda bahwa kita sebenarnya egois? Apa yang salah dengan mencoba bangun lebih pagi dari biasanya? Kenapa kita malah memaksakan agar pasangan kita yang ngikutin maunya kita dan bukan sebaliknya?

Saya sangat suka ayat Firman Tuhan yang menyatakan bahwa siapa yamg memiliki hati yang lemah lembut, dialah yang akan memiliki bumi.

Apa sih hati yang lemah lembut itu? Itulah hati yang mau dibentuk. Hati yang mau diajar. Ada keinginan untuk merubah dan bukan hanya sekedar keinginan, tetapi sudah melakukan tindakan perubahan tersebut. Walaupun mungkin prosesnya lama dan ada kalanya kembali pada kebiasaan lama, tetapi ketika tetap tekun dilakukan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.

Saya bahkan berani mengatakan bahwa siapapun pria yang mendapatkan wanita yang hatinya lemah lembut walaupun mungkin secara fisik wanita tersebut bukanlah wanita yang mampu menjadi sorot perhatian, tetapi dialah pria yang sangat beruntung. Begitu juga sebaliknya. Wanita yang mendapatkan pria yang hatinya lemah lembut, dia sangat beruntung.

Tidak mudah untuk memiliki hati yang lemah lembut di jaman sekarang ini dimana ego, harga diri, kesombongan, prestasi, kekayaan, kecantikan dan expektasi mungkin menjadi hal yang begitu dominan di masyarakat kita. Tetapi akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memiliki kelembutan hati dengan satu kunci saja : MAU. Ketika kita mau untuk berubah, dan minta kekuatan dari Tuhan untuk menemani kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menjalani proses pembentukan tersebut.

Love


Bila telapak tanganmu berkeringat,
Hatimu dag dig dug,
Suaramu bagai tersangkut di tenggorokan,
Itu bukan cinta, tetapi SUKA.

Bila tanganmu tidak dapat berhenti memegang dan menyentuhnya,
Itu bukan cinta tetapi BERAHI.

Bila kamu menginginkannya karena tahu
Ia akan selalu berada di sampingmu,
Itu bukan cinta tetapi KESEPIAN.

Bila kamu menerima pernyataan cintanya
Karena kamu tak mau menyakiti hatinya,
Itu bukan cinta tetapi KASIHAN.

Bila kamu bersedia memberikan semua
Yang kamu sukai demi dia,
Itu bukan cinta tetapi KEMURAHAN HATI.

Bila kamu bangga dan selalu ingin memamerkannya
Kepada semua orang,
Itu bukan cinta tetapi KEMUJURAN.

Bila kamu mengatakan padanya bahwa ia adalah
Satu-satunya hal yang kamu pikirkan,
Itu bukan cinta tetapi GOMBAL.

Kamu MENCINTAINYA,
Ketika kamu MENERIMA KESALAHAN DIA,
Karena itu adalah bagian dari kepribadiannya.
Ketika kamu RELA MEMBERIKAN HATIMU, KEHIDUPANMU, BAHKAN KEMATIANMU;
Ketika HATIMU TERCABIK BILA IA SEDIH,
dan BERBUNGA BILA IA BAHAGIA;
Ketika kamu MENANGIS UNTUK KEPEDIHANNYA
Biarpun ia cukup tegar menghadapinya;
Ketika kamu tertarik kepada orang lain
Tetapi kamu masih SETIA bersamanya

CINTA adalah PENGORBANAN;
MENCINTAI berarti MEMBERI DIRI.
CINTA adalah KEMATIAN ATAS EGOISME dan EGOSENTRISME.
Kadang itu menyakitkan, tetapi itulah harga yang harus dibayar...
Untuk sebuah CINTA...

Semua diatas adalah kata perumpamaan, tapi
Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi
dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan.
Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan
di dalam dia.

Senin, 03 November 2008

Mematikan Ego

Hari jumat tgl 31 Oktober 2008, waktu ikut bpn (bimbingan pra nikah), di bilangin bahwa kalau kita belum siap untuk mematikan ego, maka jangan berniat untuk menikah. Wowww.....


Sebelum mendapat pelajaran tersebut, secara pribadi saya juga sudah merenungi dan mengambil kesimpulan bahwa ego dan ekspektasi, merupakan 2 hal mendasar yang bisa menciptakan konflik dalam sebuah hubungan. Semakin tinggi ego kita, akan semakin tinggi pula ekspektasi kita dan akhirnya berujung dengan ketidak puasan terhadap pasangan.


Mematikan ego bukanlah hal yang mudah. Bahkan boleh dibilang itu merupakan hal yang sangat sulit. Sebagai manusia biasa yang terdiri dari darah dan daging, adalah wajar apabila kita memiliki keinginan, kesenangan ataupun tuntutan. Tapi bagaimana cara kita menguasai diri ketika keinginan maupun tuntutan kita tidak terpenuhi.

Terhadap teman mungkin kita tidak memiliki ekspektasi setinggi terhadap pasangan kita. Semakin dekat seseorang dengan kita, semakin tinggi ekspektasi kita terhadap dia. Tapi ada satu puisi yang indah mengenai cinta (sebagaimana terpajang di kamar saya :D ) yang akan saya posting berikutnya. Bahwa cinta adalah kematian atas egoisme dan egosentrisme.

Bertahun-tahun saya mendapat pelajaran bagaimana cara saya menghandle diri saya ketika ego saya tidak terpenuhi. Dan saya bersyukur untuk pelajaran-pelajaran tersebut karena ketika saya sudah menapaki dalam hubungan dengan calon pasangan saya (karena kita belum menikah, jadinya ya calon :D ) setidaknya saya tidak lagi seegois dulu. Walau ego saya masih ada, tetapi saya mau terus belajar dalam sekolah kehidupan ini bagaimana sedikit demi sedikit saya mampu untuk mematikan ego saya.

Satu hal yang pasti, tanpa kasih karunia dari Tuhan akan semakin sulit bagi kita untuk mematikan ego kita. Tetapi dengan kasih karunia dari Bapa kita yang begitu baiknya pada kita, dan dengan tekad bulat (bukan hanya keinginan, tapi melakukan tindakan) maka percayalah bahwa kita mampu untuk semakin menipiskan ego kita.

Galatia 2 : 20 : namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

So, cia youuu.... For me and for you yang pengen bersama-sama belajar untuk menipiskan ego kita....