Selasa, 04 November 2008

Hati yang lembut

Seberapa sering kita mendengar pernyataan “terimalah aku apa adanya”? Dan pernahkah kita mengatakan kepada pasangan kita : seharusnya kamu menerima aku apa adanya.
Seandainya pernyataan menerima apa adanya dikarenakan pasangan memiliki tuntutan yang tinggi terhadap kita yang tidak relevan dan memang tidak alkitabiah, mungkin sah-sah saja bagi kita menyatakan untuk sebaiknya dia menerima kita apa adanya.

Tetapi apabila pernyataan menerima apa adanya itu menjadi excuse bagi kita agar kita tidak berubah dan semestinya pasangan kita yang berubah, nah….. ini yang harus di telaah lebih dalam lagi.

Semisal : kita memiliki kebiasaan malas bangun pagi hari, dan pasangan kita menginginkan kita untuk lebih rajin bangun di pagi hari. Kemudian kita menyatakan bahwa ketika dia memutuskan kita sebagai pasangannya sudah sepantasnyalah dia menerima kebiasaan kita yang enggan bangun pagi itu.
Well, bukankah itu sudah suatu pertanda bahwa kita sebenarnya egois? Apa yang salah dengan mencoba bangun lebih pagi dari biasanya? Kenapa kita malah memaksakan agar pasangan kita yang ngikutin maunya kita dan bukan sebaliknya?

Saya sangat suka ayat Firman Tuhan yang menyatakan bahwa siapa yamg memiliki hati yang lemah lembut, dialah yang akan memiliki bumi.

Apa sih hati yang lemah lembut itu? Itulah hati yang mau dibentuk. Hati yang mau diajar. Ada keinginan untuk merubah dan bukan hanya sekedar keinginan, tetapi sudah melakukan tindakan perubahan tersebut. Walaupun mungkin prosesnya lama dan ada kalanya kembali pada kebiasaan lama, tetapi ketika tetap tekun dilakukan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.

Saya bahkan berani mengatakan bahwa siapapun pria yang mendapatkan wanita yang hatinya lemah lembut walaupun mungkin secara fisik wanita tersebut bukanlah wanita yang mampu menjadi sorot perhatian, tetapi dialah pria yang sangat beruntung. Begitu juga sebaliknya. Wanita yang mendapatkan pria yang hatinya lemah lembut, dia sangat beruntung.

Tidak mudah untuk memiliki hati yang lemah lembut di jaman sekarang ini dimana ego, harga diri, kesombongan, prestasi, kekayaan, kecantikan dan expektasi mungkin menjadi hal yang begitu dominan di masyarakat kita. Tetapi akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memiliki kelembutan hati dengan satu kunci saja : MAU. Ketika kita mau untuk berubah, dan minta kekuatan dari Tuhan untuk menemani kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menjalani proses pembentukan tersebut.

Tidak ada komentar: